Adalah sebuah kerugian yang sangat besar apabila seorang hamba tidak dapat menggunakan potensi waktu yang telah diberikan Allah, dengan sangat baik dan optimal, sebagaimana firman Allah yang tertera dalam Al Qur'an surat Al Ashr 1-3. Sehingga jelaslah bahwa waktu adalah ukuran, timbangan keuntungan dan kerugian setiap manusia. Setiap orang memiliki potensi waktu yang sama, yaitu sejumlah 24 jam atau sehari penuh, dan waktu tidak bisa direm atau dihentikan. Orang yang sukses atau orang yang gagal, ahli surga atau ahli neraka, semuanya memiliki jatah waktu sama, yang membedakannya hanyalah cara mengelola waktu tersebut.
Manusia akan beruntung bila ia pandai memanfaatkan waktu. Beberapa cirinya adalah; pertama, setiap hari bertambahlah iman dan keyakinannya kepada Allah SWT, sehingga tidak ada saat yang terlewat tanpa menuntut ilmu, karena pupuk iman adalah ilmu. Dengan demikian, ia terus memelihara dan menguatkan keimanannya. Ciri kedua, orang yang beruntung adalah orang yang setiap waktunya diisi dengan sebanyak-banyak amal shalih. Setiap detik selalu diupayakan menjadi amal kebaikan bagi sebanyak-banyak ummat, tidak ada masa yang terlewat sia-sia. Dan, ia tidak pernah risau dengan balasan atau pahala yang akan didapatkan karena, setiap perbuatan pasti akan kembali kepada pembuatnya, tidak akan pernah tertukar.
Selanjutnya, ketiga orang yang selalu menyeru kebenaran. Jika ada orang lain yang meniru perbuatan kita, niscaya kita akan menjadi contoh kebaikan, dan Insya Allah, pahala dari perbuatan orang yang meniru perbuatan baik kita akan mengalir kepada kita. Sehingga jika kita ingin menjadi orang yang beruntung, selalu upayakan diri kita laksana matahari, yang menerangi sebanyak-banyaknya hamba Allah.
Syarat ke-empat, hanya orang-orang yang bersabar dalam menegakkan kebenaranlah yang akan beruntung. Tanpa kesabaran, sulit bagi kita untuk bertahan dalam berbagai cobaan yang mendera.
Jika saja kita senantiasa mentafakuri nikmat watu yang telah diberi dan berusaha selalu mengisinya dengan empat hal diatas, niscaya hanya kebahagiaan yang akan diperoleh, di dunia dan pasti terlebih diakhirat kelak, Insya Allah. Semoga kita termasuk hamba Allah yang selalu istiqomah, tidak jenuh mengoptimalkan potensi waktu dengan berbagai amal kebaikan, dengan iman yang kokoh, tanpa sedikitpun kesia-siaan. Amiin.
Kiat Aa Gym (Journal DPU)
Membebaskan Diri Dari Penjara Manajemen
Oleh: Gede Prama
Dulu, ketika duduk di bangku perguruan tingggi, namun masih amat hijau dalam pengalaman memimpin perusahaan. Terus terang, saya mengalami kesulitan dalam menemukan jembatan penghubung antara apa yang disebut Chris Argyris dari Harvard dan Donald Schon dari MIT sebagai espoused theory (teori yang mendukung) dan theory in used (teori yang betul-betul dipakai di lapangan). Demikian juga ketika mau memahami apa yang disebut Howard Gardner - dalam Frames of Mind - sebagai knowing that (pengetahuan ekspilisit yang biasanya terdiri dari rangkaian prosedur) dan knowing how (pengetahuan implisit yang menjadi jiwa eksekusi di lapangan).
Semakin lama berada di lapangan yang relatif steril dari teori-teori sekolahan, semakin mudah saya membangun jembatan antara dua bentuk pengetahuan yang ternyata tidak mudah disatukan ini. Sekolah memang amat fasih membekali kita dengan espoused theory atau knowing that. Namun, dengan seluruh keterbatasan sekolah, ia lumpuh saat dituntut untuk membekali orang untuk menguasai sekaligus theory in used atau knowing how.
Sebagai pemikir sekaligus pemimpin puncak perusahaan, cukup lama saya menunggu sampai menemukan ah ha ! effect. Dan efek terakhir, persis seperti knowing how yang bersifat tacit alias tidak terucapkan, amat dan teramat sulit untuk mentransfernya melalui kata-kata tulisan maupun lisan. Persis seperti menerangkan teori berenang, menyetir mobil, naik sepeda, main gitar atau mengetik. Di tingkat knowing that, semuanya bisa diwakili oleh kata-kata yang mudah ditulis, dituturkan dan dipahami. Sebut saja menyetir mobil. Mulailah dengan memposisikan persneling dalam posisi netral. Kemudian, start mesin, injak kopling, masukkan persneling satu, dan seterusnya.
Akan tetapi, membuat knowing that tadi ke dalam knowing how (baca : bisa menyetir mobil, berenang, mengetik atau main gitar), diperlukan jembatan yang lama membangunnya, dan berbeda dari satu orang ke orang lain. Dalam contoh lain, setiap pemula dalam mengendarai sepeda selalu dihantui oleh ketidakyakinan untuk bisa menaiki sepeda. Dicoba memulaipun, akan senantiasa ditandai oleh kesalahan dan sejumlah kebodohan. Tidak jarang terjadi malah membawa resiko kecelakaan yang tidak kecil. Akan tetapi, begitu melewati jam terbang bersepeda tertentu - dan ini berbeda dari satu orang ke orang lain - maka secara otomatis kegiatan bersepeda menjadi mudah dan biasa.
Ini juga terjadi dalam mengetik, Dulu, ketika memulai mengetik, saya mencari huruf dan angka satu per satu. Begitu semuanya menjadi biasa, jari-jari seperti memiliki mata dan menemukan huruf dengan mudah dan cepatnya. Dalam bahasa psikologi, it's unconsciously constructed.
Atau secara espoused theory, semuanya menjadi bisa dicapai ketika sesuatu itu menjadi kebiasaan. Persis seperti kesempurnaan ayunan stik golf Tiger Wood yang dibiasakan sejak ia berumur dua setengah tahun. Dan sesederhana apapun sebuah espoused theory, ia tetap tidak bisa menggantikan proses pengalaman yang harus terjadi dalam diri setiap learner.
Ini semua berarti, rangkaian pengalaman (knowing how) yang sifatnya amat pribadi dan unik, memiliki sifat dan karakter yang berbeda dengan teori sekolahan (knowing that). Asumsi sekolah manajemen yang saya tahu, knowing that bisa mempercepat terinternalisasinya knowing how. Dan ini sudah menjadi keyakinan sekolah manajemen dalam kurun waktu yang amat lama. Harvard dengan kebanggaannya akan metode kasus, Cambridge yang meyakini pentingnya teori, atau INSEAD yang mencoba menggabungkan keduanya, hanyalah sebagian kecil bukti dari argumen terakhir.
Namun, di sinilah letak seninya manajemen. Ia tidak pernah menampakkan wajah tunggal yang menjemukan. Namun, senantiasa indah berwarna-warni seperti pelangi. Dalam kasus tertentu, asumsi sekolah manajemen di atas memang ada benarnya. Dalam kasus yang lain, knowing that bukannya mempercepat malah membelenggu proses menuju knowing how.
Saya sendiri mengalaminya. Di tingkatan di mana inovasi dan kreativitas menjadi satu-satunya sumber energi kemajuan, knowing how tidak memerlukan kehadiran dan pacuan knowing that. Dalam banyak keadaan terjadi, knowing that bahkan menjadi racunnya knowing how. Atau, lebih baik tidak tahu knowing that-nya manajemen, dibandingkan tahu tapi diperangkapnya kita sampai beku.
Di titik ini, kalau Krishnamurti pernah membawa orang ke dunia Freedom From The Known, saya berharap bisa membawa Anda ke dunia Freedom From Management. Sebuah semesta berfikir, di mana semua filter manajemen sudah bersih dari kepala. Dan fresh mind hadir di hampir semua kesempatan. Mirip dengan ikan Arwana yang diletakkan bersama-sama ikan kecil yang siap disantapnya dalam satu aquarium. Namun, di tengahnya disekat dengan kaca tembus pandang. Setiap hari ikan Arwana tadi mau makan ikan kecil tadi. Dan setiap kali itu juga ia bertabrakan dengan kaca penyekat.
Setelah sekian waktu berlalu, dan ikan Arwana kelihatan capek dan kesakitan menabrak kaca, bukalah sekat kaca di tengah tadi. Bisa diramalkan, ikan Arwana tidak berani memakan ikan kecil tadi. Demikian juga ikan kecil yang tidak berani menyeberangi bekas sekat kaca tadi.
Nah, kalau ikan Arwana fikirannya perlu dibebaskan dari sekat yang membelenggu, kitapun perlu segera membebaskan diri dari sekat-sekat manajemen.
Buah Dari Servis Excelent
Saat ini olahraga semakin digemari, karena masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan dalam hidup, yang merupakan aset tidak ternilai bagi manusia. Sehingga begitu banyak sarana dan prasarana yang marak dijual untuk menunjang kegiatan ini. Karena itulah, Bapak Suyitno, memilih untuk membuka usaha toko sepatu sport.
Datang ke Bandung pada tahun 1978, pria asal Kebumen ini bekerja pada sebuah perusahaan yang cukup terkenal di Kota Kembang. Setelah bekerja selama lebih kurang 21 tahun di perusahaan tersebut, beliau memutuskan untuk mengambil pensiun dini. Setelah mengamati peluang usaha yang ada dan melihat kepastian prospek usaha yang dikelola oleh adiknya, Yitno, demikian beliau akrab dipanggil, mulai mempelajari seluk-beluk wirausaha selama satu bulan pada adiknya, tepatnya pada bulan Juli 2000.
Pada bulan Agustus 2000, ayah dari seorang putri dan seorang putra ini menyewa sebuah tempat di Jl. Dipatiukur No.84, yang kemudian alhamdulillah dapat dibelinya. Toko sepatu dengan nama Ozweego ini menjual berbagai macam sepatu olahraga dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin.
" Ini adalah buah dari pengalaman saya bekerja di perusahaan selama 21 tahun. Namanya Gugus Kendali Mutu, atau yang biasa disingkat GKM. Konsep pengendalian dan pengelolaan usaha yang diadopsi dari Jepang. Saya mencoba menerapkan konsep tersebut pada toko yang saya kelola," jelas beliau saat ditemui Swadaya di tokonya.
Terlahir dari keluarga wirausahawan, tak heran pria yang saat ini berdomisili di Jl. Taruna Bakti No.3, Cimahi, dengan tangan dinginnya mampu mengelola usahanya dengan baik. Meskipun ia tidak memungkiri, kondisi ekonomi yang serba sulit sekarang ini tak urung membuat omzet penjualan tokonya mengalami penurunan. " Belakangan ini, dalam sehari kami hanya dapat menjual 1-3 pasang sepatu. Padahal, antara tahun 1999 sampai dengan 2000, penjualannya sangat baik," tandas pria berusia 50 tahun ini.
Hal menarik yang dapat dilihat dari toko Ozweego ini adalah jam kerja yang fleksibel bagi para karyawannya, sehingga mereka dapat melaksanakan ibadah shalatnya dengan tenang. Keuntungan discount untuk para members juga merupakan hal menarik lain yang dapat kita jumpai di sini, karena toko ini sudah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan membership di Bandung. Meski dikelola sendiri, banyak pelanggan yang berasal dari luar kota seperti; Subang, Jakarta,dll.
"Padahal, promosi yang dilakukan selama ini belum optimal. Selama ini informasi yang tersebar baru sebatas dari mulut ke mulut. Service Excellent, pelayanan terbaik adalah suatu hal yang senantiasa kami pertahankan", ujarnya mengakhiri sesi wawancara dengan Swadaya.
Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, Allahuma shalli 'ala Muhammad wa'ala aalihi washahbihii ajmai'iin. Saudaraku yang baik, kita semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang apa yang dipimpinnya. Ada pelajaran yang sangat penting dari ilmu kepemimpinan Rasulluloh SAW, yakni Syayidul Qoum(pimpinan suatu kaum) adalah Qodimuhu (pelayan yang brkhidmat untuk kaumnya.
Dalam kepemimpinannya, Rasulullah memiliki beberapa tujuan , diantaranya ,yang pertama yakni memimpin peradaban manusia agar terbebas dari kehinaan dan diperbudak dunia. Yang kedua ialah bagaimana agar manusia yang hidup sekali-kalinya ini bisa berkarya sebagai kholifah yang membangun peradaban yang baik, adil, mampu mensejahterakan dirinya dan mensejahterakan orang lain . Dan yang ketiga, Rasullulah memacu manusia untuk terus memperbaiki kualitas dirinya agar menjadi suri tauladan dan jalan dakwah dalam menegakan kebenaran.
Subhanalloh, yang sangat menakjubkan, kepemimpinan Rasulluloh itu ternyata tembus sampai kini. Kita bisa lihat, tidak ada satu pun kegiatan ritual di dunia ini seperti sholat dalam Islam, yang wajib dilakukan sebanyak lima kali sehari, yang semuanya diawali dengan bersuci(berwudlu), kemudian membuat barisan/shaf dengan tertib,dan seluruh dunia menggunakan bahasa yang sama serta arah yang terpusat sehingga tidak pernah ada satu sisi duniapun yang tidak bersujud. Semuanya bergiliran terus-menerus.
Tidak hanya itu, hal-hal ringan pun diatur dalam Islam ,mulai dari cuci tangan sampai buang air, semua ada adabnya, termasuk cara melangkah juga, semuanya menggunakan etika. Jiwa kepemimpinan dari Rosululloh inilah yang sepatutnya terus menerus kita kaji karena warisan besar beliau yang kurang didengungkan yakni tentang Entrepreunership dan Leadership beliau.
Padahal inilah yang menjadi lokomotif penggerak ummat. Karena andaikata seorang pemimpin kurang baik maka bawahannya akan mengikuti, karena pada prinsipnya yang dipimpin itu menduplikasi pemimpinnya. Tetapi jika pemimpinnya mulia dan banyak yang berjiwa seperti Rasul ini akan luar biasa berdampak kepada yang dipimpinnya.
Negeri ini konon memiliki penduduk 220 juta jiwa, tetapi tampaknya kita seperti kesulitan dalam mencari sosok pemimpin yang benar-benar bisa diterima oleh banyak kalangan, walaupun memang tidak akan pernah ada pemimpin ideal yang bisa diterima oleh semua. Nabi Muhammad SAW saja yang begitu sempurna, tetap ada yang tidak menerima beliau, ada yang mencaci,memaki bahkan memerangi padahal akhlak dan tujuan beliau begitu sempurna dan mulia.
Dalam kehidupan manusia selalu ada pihak yang pro maupun kontra, tetapi setidaknya kita bisa merenung "mengapa kita sulit mencari pemimpin di lingkungan manapun?" baik dari lingkungan RT,RW,Kecamatan,Bupati, Walikota, persusahaan,begitu juga dengan Gubernur atau Pemimpin di Departemen atau Pasukan , kita tampaknya menemui kesulitan untuk itu.
Semua ini kemungkinkan karena kita belum mentradisikan latihan kepemimpinan yang dimulai dari rumah sehingga rumah tangga kita tidak menghasilkan kader-kader Pemimpin yang bermutu tinggi. Menjadi Pemimpin itu tidak identik dengan punya kemampuan memimpin,karena ada yang memiliki jabatan pemimpin karena diangkat,atau ada juga yang diberikan kepercayaan karena kemampuannya.
Kita membutuhkan sebuah pergerakan baru dalam tatanan bermasyarakat, yang diawali dari rumah tangga agar bagaimana caranya membangkitkan kemampuan memimpin dari seorang ayah yang mampu memimpin dengan baik,seorang ibu dan anak-anak pun dilatih untuk memiliki pola kepemimpinan yang baik dan ini harus dipahami untuk dimiliki sehingga menjadi aset terbesar di negeri ini.
Qulukum ro in semua kamu adalah Pemimpin, dan Islam mengajarkan setiap orang itu harus memiliki jiwa kepemimpinan. Minimal ada 3 hal yang harus dilatih dirumah :
1. Memiliki kejelasan visi, mau di bawa ke mana rumah tangga ini ? suami, istri harus mempunyai visi, begitu juga anak-anak harus dilatih tentang visi kehidupannya. Setiap anggota keluarga harus terlatih memiliki kemampuan berstrategi membuat perencanaan.
2. Bagaimana menggali potensi,karena kadang-kadang anak tidak sesuai dengan keinginan kita,padahal anak-anak didesain oleh Alloh berbeda satu sama lain dan belum tentu sama dengan orang tuanya. Kita !, kalau tidak hati-hati, potensi anak yang ada bisa hilang akibat keinginan kita yang keliru.
3. Kemampuan memotivasi satu sama lain, misal ayah mampu memotivasi keluarganya, begitu juga ibu, dengan demikian anak-anak menjadi bijak. Kemampuan memotivasi itu merupakan ciri pemimpin yang baik,dia mengajari tanpa menggurui,dia mengajak tanpa memaksa,dan ini keterampilan penting dalam ilmu kepemimpinan.
4. Kalau kita diberi amanah oleh Alloh menjadi seorang pemimpin,harus disempurnakan dari awal sampai akhir sebagai pertanggungjawaban kita. Kita ambil contoh, ketika ada tamu ,Rasul menganjurkan mengantar tamunya sampai pintu keluar,semuanya itu gambaran kesempurnaan dan itulah pelajaran yang sangat penting dari ilmu kepemimpinan Rasulluloh SAW. Wallahu a'lam(mikha/and)www.manajemenqolbu.com***
Penjinak Monster (Oleh: Irfan Aulia, Psikolog AJI Pusat)
15 tahun yang lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar